Minggu, 21 Juli 2019

Malaikat Tanpa Sayap




Cahaya indah yang terlihat remang remang mulai berbinar di mataku. baru pertama kali ku lihat ini, cahaya penuh kehangatan yang berbeda dari tempatku sebelumnya, tempat yang sempit, gelap namun penuh kelembutan, tempat yang tak membuatku bergerak bebas tapi penuh penjagaan, tempat yang mungkin akan ku lupakan bagaimana bentuknya, bagaimana rupanya, dan bagaimana nyamannya.

Kini aku merasakan hidup baru, merasakan lembutnya sebuah belaian, dan hangatnya sebuah pelukan. tapi, tempat ini terasa asing bagiku. kakiku mulai menendang nendang karena heran begitu bebasnya aku bergerak, dan aku sekarang melihhat sebuah wajah besar penuh senyuman yang suaranya tak asing bagiku. 

Senyuman itu selalu penuhi hari hariku dengan iringan doa yang tak pernah lepas meski hanya sekejap saja, hingga akhirnya aku mulai merasa bosan selalu berbaring di alas empuk yang nyaman ini. Mulai ku balikan badanku dan ku kuatkan tangan dan kakiku, ku coba topang tubuhku ini dengan tangan dan kakiku. Ya,,,, aku sangat senang sekali, bisa bergerak cepat menuju tempat tempat yang belum pernah ku raih seorang diri. setiap gerakku selalu di awasi dan tak kurang-kurangnya di ingatkan olehnya untuk hati - hati.

Waktu berjalan begitu singkatnya hingga aku tak sabar bisa meraih segalanya yang ada di atas meja, penasaran dengan gambar yang terpajang di sana, gambar yang kurasa mirip dengan diriku ketika belum bisa melakukan apa-apa. ku coba untuk berdiri dan melangkah untuk pertama kalinya. Tapi apa daya, ternyata sangat sulit untuk menjaga keseimbangan hingga aku mulai terhuyung akan terjatuh, dan..... Hap,, dia dengan sigap menangkapku sehingga tak ada benturan yang kurasa, sang malaikat tanpa sayap yang tak pernah berhenti waspada, menjagaku siang malam tanpa hentinya.

Tak terasa kini aku sudah bisa berlari dengan amat kencang tanpa hawatir terjatuh lagi, ku mulai coba untuk mulai petualangan baru dengan teman seusiaku. sang malaikat itu tak pernah henti - henti untuk mengawasiku, membimbingku agar aku tak pernah tersesat ke jalan pulang, jalan panjang di kehidupan yang lebih nyaman dan tenang.

Sudah puluhan tahun lamanya aku dijaga dan di lindunginya, dan kini rambut hitamnya sudah mulai putih tanda menua, tapi aku belum bisa berbuat banyak untuknya, belum bisa dan tidak akan pernah bisa membalas semua pengorbanannya mulai dari aku mengenal dunia hingga ku kini ku mulai mengenal cinta untuk orang yang tidak pernah ku kenal sebelumnya.

Harapanku  hanya selalu bisa melihhat senyum bahagia darinya, sang malaikat yang tak ada pamrih baginya, malaikat yang penuh ketulusan tanpa mengharap pujian. semoga kita tak pernah terpisah dan selalu terus bersama hingga akan ku kenang selalu senyum bahagia terakhir diantara kita.

Jumat, 19 Juli 2019

REASON



Fajar telah menyingsing, ku tatapi tepian tebing yang tinggi ini, apakah aku mampu untuk mendaki kembali, menuju batas tertinggi yang menghalangi, kuharap  kau tetap menungguku dan menatapku dari ujung puncak tebing ini, meski lelah tertatih seakan tersiram energi ketika sinar wajahmu kalahkan hangatnnya mentari.


Tak ingin lagi ku menunda lagi, meski raga ini telah lelah dan sulit untuk bergerak, meski rasa takut selalu hinggap dan menahanku hingga sulit untukku beranjak. Ku sadar ini perjuanganku dan dengan ini aku bisa mencapaimu. akan ku kuatkan hatiku, ku usir ketakkutanku, akan ku panjat terjalnya tebing ini untuk meraihmu karena ku hawatir kau kan lelah menunggu dan pergi jauh hingga ku tak sanggup mengejarmu lagi

Angin mulai bertiup kencang, doa ku panjatkan, ku pejamkan mataku mengumpulkan keberanian untuk memulai suatu perjalanan menuju pucuk tebing yang penuh sinar dari senyummu yang tak terlupakan. Ya, kini ku mulai raih batu pertama,k u mulai dengan nyaman tanpa hambatan hingga di tengah perjalanan ku harus bertemu batu kecil dan tajam, sakit pun mulai terasa menjalar, ketakutanku mulai datang menerjang, sekali lagi ku tatapujung tebing itu untuk memastikan masih ada senyummu di sana. Ya, aku merasa lega senyumu tetap kucurkan energi dan semangat untukku, menghilanggkan rasa sakitku dan mengusir rasa takutku untuk terus melaju.

Batu demi batu telah ku daki hingga sampai di ujung tertinggi tebing ini. aku merasa bangga dan bahagia dengan sambutan senyum indah ini, mengusir lelahnya perjalananku untuk menakhlukan rasa takutku, mengobati sakitnya luka lukaku. Mungkin ini akhir dari perjuanganku dan akan menajdi awal dari perjuangan kita menelusuri hutan belantara yang terbentang mulai dari ujung tebing ini hingga hingga ujung jauh yang tak ada seorangpun tau akhirnya nanti, dan ketika sudah lelah kakiku berjalan dan tak mampu lagi ku harap kita tak terpisah di kehidupan abadi